CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

Dosen Universitas Ma Chung Menjuarai Lomba Ulasan Singkat Film Nasional

by Admin Sasing / 19 June 2020 / Published in Machung

Dosen Sastra Inggris Universitas Ma Chung, Wawan Eko Yulianto, Ph.D., berhasil menjuarai lomba Ulasan Singkat Film Nasional yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perfilman, Musik, dan Media Baru, sebuah direktorat di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lomba ini merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan dunia perfilman di Indonesia melalui peningkatan apresiasi terhadap film nasional.

Pada minggu pertama lomba tersebut, (6-12 Juni), tercatat sejumlah 72 pengulas film telah berpartisipasi. Bentuk ulasan film dapat berupa video maupun tulisan. Namun, penilaiannya bukanlah berdasarkan platform ulasa, tapi lebih kepada kualitas ulasan yang harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Hal ini meliputi argumentasi tegas yang didukung dengan bukti-bukti yang ada di dalam film yang diulas.

Wawan Eko Yulianto menulis sebuah ulasan atas film Cinta Brontosaurus yang diputar di TVRI pada 11 Juni 2020. Memang, syarat utama lomba ini adalah ulasan harus dibuat atas film-film yang diputar di TVRI pada minggu tertentu. Oleh karena itu, selain kemampuan mengkritisi elemen-elemen film, dibutuhkan kecepatan dalam menulis dan mengedit tulisan yang akan dikirimkan.

 

“Saya sudah menjadi blogger sejak 2007. Jadi menulis ulasan sepanjang 500 kata dalam waktu satu dua jam itu bukan pekerjaan yang mustahil,” tutur Wawan Eko Yulianto

Dalam ulasan yang dibuatnya, Wawan Eko Yulianto menyoroti relasi gender dalam film Cinta Brontosaurus, film kedua yang diangkat dari buku Raditya Dika. Menurut dosen Sastra Inggris yang juga mengajar mata kuliah Popular Literature ini, film Cinta Brontosaurus memiliki ketimpangan yang terkesan sistematis. Para tokoh lelakinya digambarkan sebagai orang yang menekuni berbagai profesi, sedangkan nyaris semua tokoh perempuannya digambarkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki profesi apapun. Hal itu memberikan kesan bahwa peran sosial para tokoh perempuan ini tidak dianggap penting atau tidak memiliki agensi. Seolah-olah, para tokoh itu hanya penting untuk hadir di dalam film tersebut karena mereka perempuan.

Apa yang menjadi komposisi ulasan tersebut sebenarnya telah ada di program studi Sastra Inggris Universitas Ma Chung. Di Program Studi Sastra Inggris, Wawan Eko Yulianto mengajar mata kuliah Inferential Reading dan Creative Writing. Di Mata Kuliah Inferential Reading ini, dia mengajarkan cara mengkritisi teks dan menemukan hal-hal yang tidak tampak secara eksplisit pada teks. Hal-hal seperti asumsi dasar tulisan dan motif tersembunyi adalah hal-hal yang diajarkannya di kelas ini.

Sesuai dengan tagline prodi Sastra Inggris “Read the World, Express Yourself, Actualize Your Potential,” mata kuliah semacam ini mengajar mahasiswa untuk menjadi kritis dan mampu “membaca dunia” dengan lebih baik.

“Saya berharap, selanjutnya mahasiswa-mahasiswa saya yang ikut lomba-lomba semacam ini,” kata Wawan ketika ditanya tentang harapannya. “Saya pikir mereka sangat mampu untuk itu. Saya juga ikut lomba yang lain dong, biar tetap semangat.”

Ulasan film yang ditulis Wawan Eko Yulianto bisa ditemukan di blognya ini.

 

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP