Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Muhammad Afnani Alifian1 November 2024 | 16:12
Malang (beritajatim.com) – Yohanna Nirmalasari, S.Pd., M.Pd., seorang dosen berdedikasi dari Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Ma Chung, melaksanakan tugas diplomasi budaya dan bahasa Indonesia di Austria sejak Oktober 2024. Program ini merupakan bagian dari inisiatif Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wina dan University of Vienna.
Yohanna, sapannya, mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada para mahasiswa asing hingga Januari 2025. Kegiatan ini didanai oleh Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa Tahun Anggaran 2024.
“Bahasa Indonesia penting untuk dipelajari karena itu representasi dari budaya Indonesia. Jadi, jangan lupa identitas pertiwi kita,” ujar Yohanna mengenai pentingnya bahasa Indonesia dalam konteks budaya, saat diwawancarai beritajatim.com, Jumat (1/11/2024).
Dalam program ini, Yohanna mengajar di dua lokasi, yaitu di KBRI Wina dan University of Vienna, khususnya untuk kelas BIPA 3 dan BIPA 4. Kegiatan ini dilakukan secara hybrid, yaitu luring dari Oktober hingga Desember 2024 dan daring pada Januari 2025, mengingat banyak pemelajar berasal dari Jerman dan Slovakia.
Motivasi Mahasiswa Asing dan Semangat Sumpah Pemuda
Mahasiswa asing yang mengikuti kelas Yohanna memiliki latar belakang beragam, mulai dari mahasiswa jurusan Asia Tenggara, antropologi, dosen sejarah dan antropologi di University of Vienna, hingga mantan duta besar Austria untuk Indonesia, Dr. Klaus. Pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024, Yohanna membawakan materi sejarah bahasa Indonesia yang disambut positif oleh para pemelajar asing.
Salah satu siswanya, Agatha, mengungkapkan harapannya, “Selamat Hari Sumpah Pemuda, nama saya Agatha dan saya berharap bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi untuk semua daerah Asia Tenggara seperti bahasa Inggris menjadi bahasa dunia.”
Motivasi belajar mahasiswa Austria terhadap bahasa Indonesia cukup tinggi karena mereka menilai bahasa ini relatif mudah dan memiliki keunikan. Selain itu, Indonesia dikenal dengan keindahan alam dan budaya yang beragam.
Yohanna menjelaskan, “Banyak pemelajar yang tertarik dengan Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA). Mereka menyukai Indonesia karena keindahan alam, budayanya yang kaya, serta kemudahan bahasa Indonesia untuk dipelajari,” tuturnya.
Pengalaman Mengajar BIPA dan Dedikasi untuk Profesi
Yohanna bukan orang baru di dunia pengajaran BIPA. Pengalaman mengajarnya telah dimulai sejak 2013, dan ia juga pernah mengajar di luar negeri seperti di Timor Leste pada 2017 dan Tiongkok pada 2019. Hingga saat ini, ia juga mengajar mahasiswa asing dari Filipina dan Kamboja secara daring. Di Universitas Ma Chung sendiri, Yohanna mengajar kelas BIPA yang diminati pemelajar dari berbagai negara seperti Korea, Ceko, dan Australia.
Bagi Yohanna, mengajar BIPA tidak hanya soal pengetahuan bahasa, tetapi juga mengenai diplomasi budaya. “Saya belajar banyak dari mahasiswa yang saya ajar, terutama tentang budaya dan kehidupan mereka. Mereka selalu semangat dan kritis saat belajar bahasa Indonesia,” ungkap Yohanna.
Mengemban tugas di luar negeri tidak terlepas dari tantangan. Yohanna mengalami tantangan adaptasi, terutama akibat perbedaan waktu dan kondisi lingkungan. “Kalau soal adaptasi pribadi, minggu-minggu pertama aku sering pusing banget karena jet lag,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga harus beradaptasi dengan makanan di Austria yang menurutnya lebih alami dibandingkan makanan di Indonesia yang kaya rasa. Jadwal Yohanna cukup padat, terutama di minggu-minggu awal. Setelah tiba di Austria pada hari Senin, hanya dua hari berselang ia harus bangun pukul 2 dini hari untuk kuliah daring di Universitas Negeri Malang (UM) dan berangkat ke University of Vienna pada pukul 7 pagi.
“Aku harus bangun jam 2 malam, kuliah di UM, dan jam 7 pagi sudah harus berangkat ke kampus naik kereta sambil dengerin kuliah,” jelasnya. Namun, ia berhasil menyesuaikan diri dengan jadwal yang padat tersebut.
Yohanna mengakui bahwa pengalamannya mengajar di University of Vienna sangat berkesan. Mahasiswa di sana dinilai sangat antusias dan kritis, serta menghargai pembelajaran yang diberikan.
“Aku suka banget ngajar di sini karena mereka punya karakter dan budaya yang berbeda. Mereka itu kalau belajar serius, sangat menghargai yang disampaikan sama gurunya,” tambahnya.
Keinginan dan Harapan untuk Tugas Diplomasi di Negara Lain
Ke depan, Yohanna berharap bisa melanjutkan tugas diplomasi bahasa ke negara lain, seperti Finlandia dan Jepang. Ia tertarik dengan Finlandia karena sistem pendidikannya yang terkenal, serta Jepang karena hubungan budaya yang cukup erat dengan Indonesia.
“Pertamanya maunya Finlandia, soalnya terkenal sama pendidikannya. Kedua itu ke Jepang, mau cari tahu apa yang membuat mereka tertarik belajar bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Prestasi Yohanna dalam pengajaran BIPA dan diplomasi budaya ini tidak hanya mengharumkan nama Universitas Ma Chung, tetapi juga membawa kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Dengan pengajaran Bahasa Indonesia dan pengenalan budaya di Austria, Yohanna berharap dapat mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Austria, juga memperkuat posisi bahasa dan budaya Indonesia di kancah internasional. (dan/kun)
Link berita asli di sini.
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.