CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: [email protected]. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

PISHI dan Nusadaily Gelar TIBS-26, Meneguhkan Identitas Nasional di Era Digital melalui Bahasa dan Sastra

by Humas Universitas Ma Chung / 27 October 2025 / Published in Machung

Oct 27, 2025 – 15:22

NUSADAILY.COM – MALANG – Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI) bekerja sama dengan Nusadaily.com kembali menyelenggarakan Seminar Nasional Tahunan TIBS ke-26 pada Sabtu, 25 Oktober 2025 pukul 09.00-12.00 WIB secara virtual melalui Zoom Meeting. Seminar ini mengangkat tema “Bahasa, Sastra, dan Semangat Sumpah Pemuda: Meneguhkan Identitas Nasional di Era Digital.”

Kegiatan yang dipandu oleh Dr. Dono Sunardi, M.A., dosen Universitas Ma Chung, berlangsung hangat dan interaktif, menghadirkan narasumber dari berbagai perguruan tinggi dengan latar belakang keilmuan bahasa, sastra, dan filsafat.

Bahasa sebagai Katalis Persatuan

Ketua 1 PISHI, Dr. Indayani, M.Pd., menegaskan pentingnya bahasa dan sastra dalam memperkuat identitas nasional. “Bahasa adalah bentuk katalis kebersamaan yang mampu memperkukuh persatuan. Sastra adalah kristalisasi bahasa yang menjadi tulang punggung identitas nasional. Meneguhkan identitas nasional di era digital merupakan tantangan berat yang harus dihadapi generasi sekarang,” ujar Indayani.

Ia menambahkan, kebersamaan menjadi kunci utama dalam menjaga persatuan di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi.

Bahasa “Bestie” di Ruang Kelas

Pemikiran menarik disampaikan oleh Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si., dosen Universitas Muhammadiyah Malang, melalui paparannya berjudul “Bahasa Keakraban antara Siswa dan Guru: Studi Pragmatik tentang Ekspresi ‘Bestie’ dalam Interaksi Pembelajaran.”

Menurutnya, fenomena “bahasa bestie” atau bahasa keakraban yang digunakan siswa kepada guru kini semakin sering muncul dalam ruang kelas.

“Bahasa keakraban ini menandakan adanya perubahan gaya komunikasi antara siswa dan guru. Jika dulu bersifat hierarkis dan formal, kini komunikasi menjadi lebih egaliter dan penuh kedekatan emosional,” jelas Daroe.

Fenomena ini, tambahnya, menggambarkan pergeseran nilai-nilai komunikasi antar generasi. Bahasa tidak lagi sekadar alat penyampai pesan, tetapi juga sarana membangun relasi sosial dan kedekatan emosional di ruang pendidikan.

Menghadapi Krisis Identitas Digital

Sementara itu, Antono Wahyudi, S.S., M.Fil., dosen Universitas Ma Chung, membedah persoalan mendalam dalam paparannya bertajuk “Aku Berbahasa Maka Aku Tahu: Mengatasi Krisis Identitas di Dalam Digital.”

Antono menyoroti bahwa krisis identitas di kalangan generasi muda era digital tidak bisa dianggap remeh.

“Bahasa digital sering membentuk dualisme dan ruang gema (echo chamber) yang memicu pikiran dangkal dan sempit. Identitas kita terjebak dalam bentuk formal yang absolut dan kaku,” paparnya.

Menurut Antono, kesadaran atas identitas nasional perlu dihidupkan kembali melalui bahasa sebagai wujud rasionalitas.

“Bahasa bukan sekadar medium komunikasi, melainkan tindakan berpikir. ‘Aku berbahasa maka aku tahu’ adalah paradigma untuk membebaskan diri dari krisis identitas dan menepati Sumpah Pemuda sebagai fondasi Persatuan Indonesia,” tegasnya.

Bahasa Indonesia, Jiwa Persatuan

Narasumber terakhir, Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri, menekankan bahwa bahasa Indonesia memiliki kekuatan spiritual dan kultural yang menyatukan bangsa.

“Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jiwa yang menyatukan bangsa dalam keberagaman. Semangat Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa satu bahasa dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan cinta tanah air,” tutur Sulistyani.

Ia menambahkan, di tengah tantangan era digital, bahasa Indonesia harus dirawat melalui pendidikan dan karya sastra agar tetap berwibawa dan modern.

Selama bahasa Indonesia diucapkan dengan cinta, semangat Sumpah Pemuda akan terus hidup di setiap generasi,” ujarnya penuh semangat.

PISHI Terbuka untuk Kolaborasi

Kepada Nusadaily.com Ketua Umum PISHI, Dr. Wadji, M.Pd. menyampaikan, PISHI membuka peluang kolaborasi bagi masyarakat luas dalam bidang penelitian, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.

Bagi yang ingin bergabung menjadi anggota dapat mendaftar dengan cara klik di sini.

Sebagai lembaga yang konsisten dalam pengembangan ilmu sosial dan humaniora, PISHI berkomitmen menjadi ruang kolaboratif yang mempertemukan akademisi, peneliti, dan praktisi untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan era digital. (wan)

Link berita asli di sini

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP