Angela Putri Natalia dan Janice Gordian Gumilanggeng, dua mahasiswi Program Studi Sastra Inggris Universitas Ma Chung, baru saja kembali dari program Student Exchange di Kamboja. Selama 17 hari, mereka mengikuti program di CamTech University, mendapatkan berbagai pengalaman berharga yang wawasan mereka.

Sebelumnya, mahasiswa CamTech University telah datang ke Universitas Ma Chung pada bulan Januari dalam program Encounter Ma Chung 2024. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa-mahasiswi CamTech berkesempatan untuk belajar Bahasa Indonesia, mengenal budaya Indonesia, serta menjalin pertemanan yang erat dengan mahasiswa Universitas Ma Chung.

Motivasi dan Keseruan di Kamboja

Angela dan Janice mengungkapkan bahwa motivasinya mengikuti program ini karena teman-teman dari Kamboja yang ia temui selama program Encounter Ma Chung oleh Bagian Kerjasama dan Urusan Internasional.

“Kami mendapat teman-teman dari Kamboja yang mengikuti event Encounter Ma Chung, jadi kami sangat terdorong untuk mengikuti program tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman baru sekaligus bertemu teman-teman dari Kamboja,” ungkap mereka.

Janice sendiri merasa sangat senang dan terkesan dengan Kamboja. “Kamboja di luar ekspektasi saya, setiap sudutnya cantik. Kegiatan yang paling berkesan adalah mengunjungi Provinsi Siem Reap dan belajar bahasa Khmer,” katanya. Meskipun mengalami culture shock, Janice merasa terbantu dengan keramahan orang-orang Khmer yang ditemuinya.

Selain itu, melalui kesempatan ini dapat melakukan reuni dengan teman-teman di Phnom Penh, menerima hospitality luar biasa dari Universitas CamTech, hingga mengunjungi Angkor Wat. Bahkan, Janice mendapat nama Kamboja dari teman-temannya, yaitu “Jenna.”

Pendidikan dan Tantangan Bahasa

Selama di Kamboja, Angela dan Janice mengamati bahwa sistem pendidikan di Kamboja terstruktur dan rapi. Mahasiswa Kamboja menunjukkan semangat kompetisi yang tinggi dan keterbukaan terhadap perbedaan. Selain itu, sistem pendidikannya juga terstruktur dan rapi.

Namun, mengikuti student exchange tentu bukan berarti tanpa tantangan. Meskipun ada kendala bahasa, hal ini bukan menjadi masalah besar. Anak-anak muda di Kamboja kebanyakan fasih berbahasa Inggris, sehingga komunikasi menjadi nyaman dan lancar. “Kendala mungkin bahasa, tapi ini bukan masalah besar. Anak-anak muda di sana kebanyakan fasih berbahasa Inggris, jadi aku merasa seperti di rumah, adanya rasa nyaman untuk berkomunikasi,” tambah Janice.

Pembelajaran dan Motivasi

Pengalaman di Kamboja memberikan banyak pelajaran berharga bagi Angela dan Janice. Mereka termotivasi untuk bergerak maju dan berkompetisi dengan sehat. Bagi mereka, pelajaran paling berharga yang didapatkan dari pengalaman ini adalah berteman sebanyak mungkin, menirukan dan menularkan kebaikan dari orang-orang yang pernah mereka temui di Kamboja.

Janice mengungkapkan bahwa penting untuk mengambil kesempatan yang ada. “Apapun negara yang ditawarkan, ambil saja. Jangan terlalu selektif kepada kesempatan. Di manapun kita pasti ada sesuatu yang baik untuk diambil,” katanya.

Dukungan Universitas dan Dosen

Tidak lupa, Angela dan Janice mengapresiasi peran Universitas Ma Chung dan dosen-dosen Sastra Inggris yang memberikan dukungan penuh selama program berlangsung. “Peran Universitas dan Prodi sangat besar. Dosen-dosen dari Sastra Inggris memberikan dukungan yang besar, memberikan kemudahan, dan bantuan kepada saya untuk tetap fokus pada perkuliahan seperti pengambilan nilai BQ dan SQ (via susulan),” ujar Angela dengan penuh rasa syukur.

Pengalaman ini menjadi momen berharga bagi Angela dan Janice, memberikan perspektif baru dan memperkuat hubungan persahabatan antara mahasiswa Universitas Ma Chung dan CamTech University.

Universitas Ma Chung selalu mendukung mahasiswanya untuk mengembangkan potensi diri dengan sebaik mungkin, salah satunya melalui program student exchange di luar negeri. Hal ini merupakan bentuk komitmen Universitas Ma Chung untuk mempersiapkan mahasiswanya menjadi lulusan yang unggul dan berwawasan global.