CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

Wayang Potehi, Harmoni Seni dan Sejarah

by Humas Universitas Ma Chung / 1 July 2024 / Published in Machung

Budaya wayang merupakan salah satu seni budaya yang kaya akan nilai sejarah dan estetika. Kalian tentu sering mendengar beberapa contoh budaya wayang seperti wayang golek maupun wayang orang. Namun, apakah kalian akrab dengan budaya wayang potehi? Rupanya, wayang potehi adalah jenis wayang yang tidak hanya mengandung nilai seni tinggi tetapi juga harmonisasi budaya dan sejarah yang mendalam. Yuk, simak penjelasannya berikut ini untuk mengetahui lebih jauh tentang pesona dan keunikan budaya ini.

Wayang potehi, sebuah seni pertunjukan boneka tradisional yang berasal dari perantau etnis Tionghoa, telah mengakar kuat di Indonesia sejak sekitar tahun 1920. Pusat pertunjukannya terdapat di Klenteng Hong San Kiong Gudo, Kabupaten Jombang. Istilah “potehi” sendiri berasal dari gabungan kata “pou” yang berarti kain, “te” yang berarti kantong, dan “hi” yang berarti wayang. Oleh karena itu “potehi” memiliki makna bentuk boneka wayang yang terbuat dari kain berbentuk kantong.

Dalam pertunjukannya, wayang ini dimainkan dengan lima jari, di mana tiga jari tengah mengendalikan gerakan kepala, sementara ibu jari dan kelingking menggerakkan tangan boneka. Budaya ini telah mengalir sepanjang sejarah, sudah ada sejak masa Dinasti Jin (265-420 M) dan terus berkembang selama sekitar 3000 tahun.

Di Indonesia, wayang potehi awalnya dipertunjukkan dengan menggunakan dialek Hokkian, namun seiring berjalannya waktu, pertunjukan ini juga disampaikan dalam bahasa Indonesia. Selain sebagai sarana hiburan, pertunjukannya juga menjadi ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada dewa-dewa dan leluhur. Proses akulturasi wayang potehi dengan budaya Nusantara tercatat dalam buku ekspedisi yang ditulis oleh Edmund Scott, seorang penjelajah berkebangsaan Inggris.

Hingga kini, wayang potehi tetap menjadi bagian hidup untuk menjaga kelestariannya. Cerita-cerita populer seperti Sun Go Kong (Kera Sakti), Sam Pek Eng Tay, Si Jin Kui, dan Pendekar Gunung Liang Siang terus dihidupkan melalui pertunjukan wayang ini.

Sebagai komitmen untuk melestarikan budaya ini, Universitas Ma Chung akan menggelar pertunjukan wayang ini sebagai salah satu rangkaian acara dalam Festival Kampung Pecinan. Acara ini tidak hanya menampilkan berbagai kekayaan budaya, tetapi juga harmonisasi antara budaya Tionghoa dan Indonesia. Oleh karena itu, jangan lewatkan Festival Kampung Pecinan di Universitas Ma Chung pada 26-28 Juli 2024, dan saksikan pertunjukan wayang potehi dan beragam penampilan memukau lainnya.

Sumber:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan

Museum Gubug Wayang

Sumber Ilustrasi: Freepik.com/Freepik

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP