Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Mustahil bagi seorang pecandu game tidak pernah memainkan barang satu judul game saja dari genre ini. Sebut saja salah satu judul game RPG legendaris lintas generasi, Final Fantasy series. Semenjak dirilis pertama kali pada tahun 1987 oleh Square Enix (Final Fantasy I – NES) hingga rilisan akhir tahun 2019 lalu (Final Fantasy XIV : Shadowbringers – PlayStation 4), game ini telah dimainkan oleh jutaan orang dari seluruh penjuru dunia.
Role Playing Game atau RPG, tentu akrab di telinga rekan-rekan gamers.
Pada platform mobile-Android Square Enix merilis Mobius Final Fantasy di tahun 2015 lalu. Secara umum, Final Fantasy terjadi di dunia fantasi dengan tiga kontinen utama. Kekuatan unsur dalam game world ini ditentukan oleh empat kristal, yang masing-masing mengatur salah satu dari empat unsur : earth, fire, water, and wind. Dunia Final Fantasy dihuni oleh banyak “ras”, semisal humans, elves, dwarves, mermaids, dragons, atau robots.
Kompleks dan “rich story line”, itulah salah satu dari sekian karakteristik RPG.
Lalu, apa sih yang dimaksud dengan RPG? Tentu banyak dari kita sempat memainkan beberapa judul game dari genre ini, namun berapa dari kita yang sempat merefleksikan atau memperhatikan aspek mechanic-nya? Dan jangan salah, game RPG yang kita mainkan saat ini secara computerized (apapun platform-nya), merupakan perkembangan dari game RPG non-computerized atau disebut sebagai tabletop-RPG. Sebagai contoh tabletop-RPG, sebut saja Dungeons and Dragons (Dirilis tahun 1974 oleh Tactical Studies Rules, dengan Gary Gygax and Dave Arneson sebagai desainer).
RPG didesain dengan sebuah misi utama, yakni memberikan serangkaian pengalaman petualangan di dunia imajiner, melalui karakter-avatar atau sekelompok kecil karakter yang keterampilan dan kekuatannya tumbuh seiring berjalannya waktu. Sekelompok karakter yang melakukan petualangan ini biasanya disebut “party”. Umumnya, RPG membuka lebar peluang bagi player untuk berinteraksi dengan game world dalam berbagai cara yang lebih beragam dan luas ketimbang kebanyakan genre lain, termasuk bermain secara multi-peran.
Sering ditemui dalam RPG, awal mula petualangan dimulai dengan karakter-avatar yang merupakan orang biasa (ordinary person), yang lambat laun akan menjadi superhero dengan kekuatan luar biasa seiring bertambahnya EXP (experience point). EXP tentunya didapatkan dari mengalahkan lawan atau menyelesaikan quest, dan tentu player dapat memilih karakter-avatar dengan kemampuan tertentu yang dia inginkan. Katakan saja dalam Fernz Gate (Kemco, Kotobuki Solution Co. Ltd., 2016; platform Android, PS Vita, Microsoft Windows), dalam gameplay-nya kita bisa memilih untuk memerankan karakter Alex, Lita, Kodan, atau Toril. Mereka berempat tergabung satu party, dan masing-masing memiliki spesialisasi khusus, seperti physical attack, magical attack, healing, support, dan lain sebagainya.
Progresi dan kemampuan karakter dalam RPG kerap direpresentasikan dalam character status seperti level, HP (Hit Point), BG. STR (Strike), VIT (Vitality), INT, SPD (Speed), ATK (Attack), atau DEF (Defence). Beragam status tersebut terus bertumbuh secara numerik seiring dengan pengalaman dan penjelajahan player dalam game world.
RPG merupakan game di mana player dapat memainkan/memerankan (mengontrol) satu atau lebih karakter, yang biasanya dirancang oleh player sendiri, lalu memandu mereka melalui serangkaian pencarian yang dikelola oleh komputer. “Kemenangan” dalam hal ini dapat berupa penyelesaian suatu quest tertentu. Pertumbuhan karakter dalam kekuatan dan kemampuan adalah fitur kunci dari RPG.
Karakteristik RPG yang paling kental dapat dilihat pada tactical battle, logistik, pertumbuhan ekonomi, eksplorasi, dan pemecahan teka-teki (Hallford & Hallford, 2001). Lebih lanjut, karakteristik yang paling umum dan kerap terdapat pada judul game ber-genre RPG yakni : 1) Terdapat action yang tidak terkait langsung dengan game, semisal jual beli items, atau dialog; 2) Kaya akan alur cerita, yang dapat memungkinkan player memilih jalan ceritanya sendiri; 3) Atribut karakter sangat detail, sehingga memungkinkan player untuk mengelola secara optimal; 4) Player dapat menentukan avatar-nya sendiri, atau memilih salah satu bagian dalam satu party; 5) RPG kerap menawarkan combat challange, lazimnya RPG terdiri dari combat/battle mode dan exploration mode; 6) Pertumbuhan karakter didefiniskan secara numerik, berupa point pada HP, ATK, SPD, EXP, INT, dan lain sebagainya; dan 7) Memiliki internal economy yang cukup kompleks untuk melakukan jual beli items.
Mengaca pada kesuksesan beberapa judul game RPG gaek seperti Final Fantasy (1987-2019); The Legend of Zelda (1991/SNES); Secret of Mana (1993/SNES); Baldur’s Gate Series (1999-2020); atau Diablo Series (1997-2020), mereka semua menawarkan kisah yang menawan, benar-benar memberikan apresiasi/reward pada progresi karakter, dan tersedia baragam tipe challange bagi player.
Memang, RPG yang sukses tidak semata-mata karena grafis yang luar biasa. Beberapa judul RPG rilisan Kemco seperti Asdivine Dios (2016), Asdivine Cross (2016), atau Fernz Gate (2017), meski dengan grafis 2D (Classic-RPG), kini telah dimainkan oleh lebih dari 500 ribu orang pada platform Android, dan telah memperoleh rating lebih dari 4.5 di Google Playstore. Bagi rekan gamers yang penasaran ingin memainkan beberapa judul RPG gaek nan ‘bermutu’ di atas, bisa download emulator SNES disini, kemudian cari saja rom disini. Old but Gold, dijamin masa karantina rekan-rekan di rumah menjadi lebih 16 bit!.
Sampai bertemu di bahasan game selanjutnya! (AN)
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.