Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Bayu Mulya Putra | Rabu, 13 November 2024 | 09:37 WIB
SETIAP Senin sampai Jumat, tepatnya mulai pukul 04.30 sampai 19.00, Yohanna aktif mengajar Bahasa Indonesia.
Selain mengajar di University of Vienna, Austria, dia juga aktif memimpin pembelajaran di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wina.
”Di KBRI ada jadwal empat kali dalam sepekan,” kata dia saat dihubungi Jawa Pos Radar Malang, Senin siang (11/11).
Dia juga masih aktif mengajar secara daring ke Universitas Ma Chung.
Pada saat yang sama, Yohanna juga masih menempuh pendidikan S3 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang (UM).
Dia berada di Austria sejak bulan Oktober lalu.
Kemungkinan bakal kembali ke Indonesia pada Januari 2025.
Yohanna berangkat ke sana untuk menjalankan tugas diplomasi bahasa dan budaya Indonesia.
Itu merupakan salah satu program yang diselenggarakan Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa (Pustanda) Kemendikbudristek berkolaborasi dengan KBRI Wina dan University of Vienna.
Sejatinya, mengajar di luar negeri bukan pengalaman pertama bagi perempuan yang berdomisili di Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu tersebut.
Tahun 2017 lalu, dia sempat bertugas ke Timor Leste.
Lalu pada 2019 dia bertugas ke Tiongkok.
Tujuannya sama, yakni mengajar Bahasa Indonesia.
”Sejak akhir 2022 itu saya sudah diminta mengajar ke KBRI dan University of Vienna secara daring. Itu berlangsung sampai Januari 2024. Lalu bulan Maret 2024 saya mengajar di KBRI Manila, Filipina secara daring,” sebut dia.
Sejatinya, Yohanna harus mengajar di Filipina sampai Desember nanti.
Tapi kemudian Pustanda memberikan tawaran untuk berangkat ke Wina.
Dia pun langsung menyanggupi tawaran mengajar selama empat bulan di sana.
Dia berangkat bersama satu orang pengajar asal Kota Tangerang, Banten.
Selama di Austria, dia tinggalnya di kota asal komponis Johann Strauss I, di distrik Floridsdorf.
Sebuah wilayah di pinggiran Wina.
Untuk pembelajaran ke kampus dan KBRI, dia mengandalkan transportasi umum.
Diawali naik trem ke stasiun KA, naik kereta, lalu oper trem lagi.
Kadangkadang juga diselingi naik bus kota.
”Setidaknya menghabiskan waktu antara 45 sampai 50 menit untuk tiba di tujuan,” imbuh perempuan berusia 31 tahun tersebut.
Di Wina, Yohanna mengajar sekitar 25 murid dengan rata-rata usia 27 sampai 65 tahun.
Ada yang hadir di kelas. Ada juga yang hadir via daring karena orang tersebut berada di luar Wina.
Mereka rata-rata mengikuti program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) kelas 3 dan 4.
Yang artinya sudah berada di level tertinggi.
Latar belakang orang yang ikut dalam kelasnya cukup beragam.
”Ada dosen yang meneliti sejarah dan kebudayaan Indonesia. Ada mantan Duta Besar Austria yang pernah di Indonesia juga,” sebut dia.
Ada pula murid yang bekerja sebagai pemandu di sebuah museum dan ditugaskan untuk memandu wisatawan asal Indonesia.
Beberapa juga merupakan warga negara asing (WNA) keturunan Indonesia.
Sebagian besar dari orang yang mengikuti program tersebut sudah pernah pergi ke Indonesia.
Hanya kurang dari lima orang yang belum pernah menginjakkan kaki di Bumi Pertiwi.
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia itu menyebut, sejatinya tidak ada language barrier di antara para pembelajar.
Setidaknya itu dari hasil pre-test untuk calon murid BIPA.
Karena itu, umumnya mereka yang mengikuti kelasnya bertujuan untuk melancarkan pelafalan bahasanya.
Karena, ada kesalahan umum yang sering didapati dari orang Austria di kelasnya.
”Yang masih sering muncul adalah penggunaan imbuhan saja, terkadang masih bingung kapan pakai me, ter, atau, me-i dan me-kan,” sebut Yohanna.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Koordinator Unit Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Ma Chung itu cukup menikmati pengalaman mengajar di luar negeri.
Namun sebagai sosok ibu dan istri, dia tentu selalu merindukan suasana di rumah.
”Kalau suami ada apa-apa, misalnya demam, saya hanya bisa berdoa dari sini (Wina). Itulah salah satu dukanya,” keluh Yohanna. (*/by)
Link berita asli di sini.
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.