CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: [email protected]. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

Tekankan Disiplin Waktu, Dosen MMI Universitas Ma Chung Ini Kisahkan Pengalamannya Pimpin Sidang di Forum PBB hingga Buat Negara Lain Respek

by Humas Universitas Ma Chung / 23 July 2025 / Published in Machung

Shintiya Yulia Frantika | Rabu, 23 Juli 2025 | 19:55 WIB

WartaJatim.CO.ID – Dosen Magister Manajemen Inovasi (MMI) Universitas Ma Chung, Dr. HE. Syafri Adnan Baharuddin, Ak., MBA., CA., membagikan kisah inspirasionalnya saat dipercaya memimpin sidang di World Trade Organization (WTO), sebuah forum internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam ceritanya, Syafri menyoroti pentingnya kedisiplinan, terutama dalam hal ketepatan waktu, sebagai salah satu kunci memperoleh respek di lingkungan global.

“Orang Indonesia terutama yang bukan diplomat dikenal kan molor waktu, lelet. Saya buktiin sampai sana, pada saat saya di Jenewa saya mimpin rapat, tepat jam 8 saya buka dan betul jam 9 berakhirnya. Itu membuat kita direspek. Karena kita jaga waktu,” ujar Syafri.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk WTO periode 2012–2015 ini mengungkapkan bahwa minatnya terhadap dunia internasional sudah terbentuk sejak kecil.

Ayahnya merupakan pejabat tinggi di Indonesia Timur yang pernah bekerja di USAID di Kedutaan Besar Amerika Serikat.

“Sejak kecil saya sudah terbiasa membaca majalah Time dan Newsweek, dan menonton acara berbahasa Inggris seperti Flipper dan Woody Woodpecker. Bahasa Inggris saya terbentuk dari mendengar dan meniru,” kenangnya.

Syafri yang pernah menerima Fulbright Scholarship untuk studi doktoral di Amerika Serikat juga menekankan bahwa perencanaan dan disiplin adalah bekal utama dalam meniti karier global.

“Saya tidak pernah melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Kalau gagal, itu urusan lain. Tapi tidak boleh tidak direncanakan,” ujarnya.

Mengawali karier sebagai auditor, Syafri mengaku harus menyesuaikan diri secara total saat ditunjuk sebagai diplomat di WTO.

Transformasi itu mampu ia lewati karena dasar disiplin dan kesiapan terhadap perubahan yang sudah terbangun sejak masa muda.

Saat berbincang bersama mahasiswa, Syafri menyampaikan kekhawatirannya terhadap generasi muda yang terlalu bergantung pada teknologi.

Ia mengingatkan agar teknologi hanya menjadi alat bantu, bukan tumpuan utama. Mahasiswa perlu lebih aktif, mencari pengalaman nyata, dan berani meraih peluang internasional seperti beasiswa.

“Dulu kami sangat susah cari beasiswa, sekarang beasiswa bertebaran. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Saya iri secara positif dengan anak-anak sekarang,” ucapnya.

Menutup perbincangan, Syafri menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju pada 2045, jika generasi mudanya menanamkan kedisiplinan, kepemimpinan, dan wawasan global sejak dini.

Link berita asli di sini

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP