Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: [email protected]. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: [email protected]
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Festival Kampung Pecinan di Universitas Ma Chung merayakan perpaduan seni budaya Nusantara dan Tionghoa.
Oleh DAHLIA IRAWATI | 28 Juli 2024 17:31 WIB · 3 menit baca
Festival Kampung Pecinan di Universitas Ma Chung merayakan perpaduan seni budaya Nusantara dan Tionghoa. Sebuah harmoni indah untuk melengkapi hari.
Pindha samudra pasang kang tanpo wangenan/ Tresnaku mring sliramu sayang/ Cahyaning mbulan kang sumunar/ abyor ing tawang/ Yekti sliramu kang dadi lamunan.
Suara melengking dari Novebri, mahasiswi Universitas Ma Chung yang saat itu memerankan suara sinden Jawa, bersahutan dengan suara dari Ivander, mahasiswa Ma Chung lain yang saat itu bernyanyi dengan teknik vokal opera Peking. Sama-sama melengking.
Duet dua kesenian beda negara tersebut menyita perhatian penonton yang sejak awal menikmati kesyahduan sore hari di Festival Kampung Pecinan di Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, Jumat (26/7/2024). Festival digelar hingga Minggu (28/7/2024) malam.
Langit senja berwarna ungu kemerahan, berpadu dengan lampion merah kekuningan. Menyala indah di sepanjang kawasan. Orang-orang berlalu lalang, ada yang mengunjungi stan jualan, menonton atraksi seni seperti barongsai dan leang leong, wushu, hingga pentas tari. Begitulah kemeriahan Festival Kampung Pecinan 2024.
Di bagian lain, belasan alat-alat musik asli China dipajang untuk melengkapi kemeriahan acara. Ada juga foto dan baju-baju adat dipajang di sana. Tempat pamer itu disebut sebagai museum mini Ma Chung.
Adapun belasan alat musik itu koleksi pribadi Ivander Juliah Yahya (20), mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin semester 4. Selain memajang koleksinya, Ivander pun dengan sukacita memainkan alat-alat tersebut saat ada pengunjung yang penasaran dengan suaranya.
Beberapa alat musik koleksi Ivander, antara lain, pipa dan zhong ruan (alat musik petik yang dipakai untuk opera Tiongkok), erhu, guzheng, dan guqin.
”Saya suka mendengarkan dan bermain musik tradisional apa saja, termasuk gamelan. Kini, saya menekuni alat-alau musik China ini karena memang saya mengoleksinya. Saya membelinya langsung dari China,” kata Ivander.
Ivander pun memainkan satu per satu alat musiknya dengan gembira. Para pengunjung pun tersihir dengan alunan senar-senar zhong ruan dan pipa yang mengalun lembut dan menenangkan.
Wakil Rektor III (Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama) Universitas Ma Chung Wawan Eko Yulianto, selaku Ketua Pelaksana Festival Kampung Pecinan 2024, mengatakan, festival tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara spesial Dies Natalis Ke-17 Universitas Ma Chung 2024.
”Acara Festival Kampung Pecinan merupakan acara rutin tahunan. Sebelumnya, festival diadakan di wilayah kampung pecinan ataupun kelenteng. Namun, untuk memperingati hari jadi ke-17 Universitas Ma Chung, festival ini akan digelar di lingkungan kampus sehingga menjadikannya lebih istimewa dan meriah,” kata Wawan.
Penampil acara selain dari Ma Chung, juga didukung didukung Kelenteng Eng An Kiong. Acara dibuka gratis untuk umum dengan beberapa penampilan, seperti barongsai, wushu, pencak silat, tari topeng ireng, sinden dan musik Tiongkok, leang leong, wayang suket, shufa, tari kipas, singo barong dan barongan, tari mbeso genjring, Chinese dance, serta penampilan siswa-siswi SMA.
Selain pertunjukan seni, festival ini juga menghadirkan lebih dari 50 stan kuliner yang menawarkan citarasa khas Tiongkok dan Indonesia. Ada juga stan pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat.
”Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjadi wujud nyata kepedulian sosial bagi sesama. Ini juga bentuk upaya kami berperan aktif dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, khususnya akulturasi budaya Tionghoa-Indonesia,” kata Wawan.
Wawan berharap, melalui berbagai kegiatan yang ada, Festival Kampung Pecinan menjadi wadah pertemuan elemen-elemen budaya Tionghoa dan Indonesia dalam sebuah harmoni indah. Hal itu diharapkan menjadi upaya mempertahankan warisan budaya, serta mendidik generasi muda tentang pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya.
Festival Kampung Pecinan di tempat itu menjadi gambaran bahwa perbedaan justru memperkaya budaya dan bisa berdiri harmonis bersama-sama.
Editor: SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
Link berita asli di sini.
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.