Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Shintiya Yulia Frantika | Rabu, 8 Mei 2024 | 13:01 WIB
AboutMalang.com – Peran artificial intelligence alias kecerdasan buatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris diangkat dalam The 2nd Indonesian English Lecturers Association (IELA) International Hybrid Conference yang diadakan di Kota Batu, 8-9 Mei 2024.
Mengangkat tema Global Trends in English Language Pedagogy: Navigating New Horizons, Presiden IELA Prof. Dr. Daniel Ginting mengatakan bahwa konferensi yang dilakukan secara hybrid ini tak hanya untuk membahas perkembangan metode pengajaran Bahasa Inggris pasca pandemi serta dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi masa kini seperti AI.
“Tujuan kegiatan kali ini adalah untuk memberikan penguatan kemampuan mengajar dan kualitas mengajar bagi para guru bahasa Inggris, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi,” kata guru besar Universitas Ma Chung tersebut.
“Dengan menerapkan strategi-strategi mengajar kondisi jaman sekarang di mana mengajar dengan menggunakan teknologi memanfaatkannya untuk agar siswa semakin termotivasi di dalam memperlajari bahasa Inggris karena kita tahu pandemi banyak dari kegiatan itu tidak terakomodasi dengan baik, kita coba momen offline dengan pendekatan teknologi agar belajarnya semakian termotivasi,” tambahnya.
Lebih lanjut Dr. Teguh Sulistyo, M.Pd. dari Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) yang menjadi keynote speaker pada konferensi tersebut mengatakan bahwa pandemi tak hanya membawa dampak negatif.
“Kita ini kan dalam tanda kutip memiliki ilmu yang sedikit akan bermanfaat kalau disampaikan makanya kita harus berterima kasih pada Covid ya, mengapa ternyata hasil penelitian menunjukkan gara-gara Covid kemampuan guru, kemampuan siswa memahami teknologi tujuh tahun lebih cepat daripada seandainya tidak ada Covid,” ujar Teguh.
“Makanya ini juga teknologi, dan nanti malah saya nanti lebih ke Artificial Intelegent. Mungkin di negara lain sudah oke tapi di kita masih malu-malu kucing untuk menyampaikan. Bahkan ada guru, dosen yang bilang oh jangan itu, padahal jamannya sudah sekarang ya,” tambah Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Unikama tersebut.
Teguh mengatakan bahwa ketika mengajar siswa maupun mahasiswa kita harus mengajari mereka sesuai zamannya.
“Saya teringat dengan ucapan Ali bin Abu Tholib ‘Ajari anakmu dalam hal ini anak didik dengan cara mereka bukan diajari dengan caramu’, karena zaman saya belajar Bahasa Inggris masih jadul begitu ya, tapi sekarang sudah berbasis teknologi makannya kita ingin berbagi sesuatu di sini,” kata Teguh.
Ia juga berharap adanya perbaikan tidak hanya guru memahami fenomena yang ada sekarang ini tapi juga mereka memacu diri untuk menyesuaikan dengan kondisi sekarang ini agar tidak ketinggalan.
“Orang bijak mengatakan dengan kehadiran teknologi, sehebat-hebatnya teknologi tidak akan menggantikan peran guru, tapi guru tanpa teknologi akan tersingkirkan maka 2nd IELA ini mencoba membuka wawasan semacam ini bahwa pembelajaran sekarang harus berbasis teknologi,” papar alumni Universitas Negeri Malang (UM) tersebut.
“Kalau dalam pembelajaran menulis misalnya itu sebelum menulis itu namanya pre-writing itu bagaimana mencari ide-ide itu bisa dengan cara ChatGPT, menambah wawasan, bisa mencari istilah-istilah yang akan dipakai dalam membuat mind mapping misalnya itu ada di sana, kemudian drafting,” ungkapnya.
Teguh juga memberikan contoh mengenai penerapan bahasa Inggris di kalangan siswa, bahkan mahasiswa.
“Apalagi dalam revising kadang-kadang siswa atau mahasiswa Indonesia itu Bahasa Inggrisnya orang mengatakan does not some english. Jadi, ada istilahnya unnatural sentence, nah dengan aplikasi quilbot itu tugas guru atau dosen lebih ringan. Mengapa? Karena dosen atau guru tak perlu lagi membantu terlalu banyak di grammar jadi siswa bisa mengecek sendiri dengan aplikasi tersebut,” ungkapnya.
Menurutnya, AI jangan disembunyikan, tapi AI mari kita sampaikan pada siswa, mahasiswa tapi mereka harus memegang ethical issues.
“Jadi kita membelajarkan bahwa idenya dari saudara, tapi masalah perbaikan apa mencari istilah silakan cari sendiri dengan memanfaatkan AI,” tutup akademisi yang juga dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Unikama tersebut.
Didirikan 1 Januari 2021, IELA memiliki visi untuk menjadi asosiasi dosen Bahasa Inggris yang modern, independen, dan profesional.
Dalam kesempatan tersebut menghadirkan keynote speakers di antaranya Prof Ross Woods (Worldwide University, USA), Dr. Heng Ee How (Tunku Abdul Rahman University), Dr. Teguh Sulistyo (Universitas PGRI Kanjuruhan Malang), Prof Cordelia Mason (Universiti Kuala Lumpur Business School), Dr. Delli Sabudu, M.A. (Universitas Negeri Manado), Dr. Gunawan Djati (ITB), Colm Downes (British Council). (***)
Link berita asli di sini.
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.