Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Tayang: Minggu, 9 Juni 2024 15:48 WIB
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM , MALANG – Alland Dharmawan, alumnus Universitas Ma Chung (UMC) Malang menjadi wakil Indonesia di World Bank Group Youth Summit 2024 pada 30-31 Mei 2024.
Konferensi yang diadakan di markas besar World Bank Group di Washington DC Amerika Serikat ini merupakan konferensi tahunan terbesar untuk anak muda usia 18-35 tahun yang diselenggarakan oleh World Bank Group.
World Bank Group Youth Summit 2024 yang merupakan pertemuan ke 11 kalinya ini membahas tentang Inklusi Digital, AI, dan Teknologi Berkelanjutan dengan tema “Powering Progress: Youth Leading the Digital Transformation”.
Ribuan peserta dari berbagai belahan dunia ikut kegiatan ini.
Alland lulus dari UMC pada 2016 dari jurusan Manajemen.
Saat ini ia adalah asisten pribadi dari seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan anggota Tim Ahli Bidang Ekonomi dan Energi di Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di Jakarta.
Alland menyampaikan tentang perkembangan pesat AI dan bagaimana teknologi tersebut bisa menjadi pedang bermata dua bagi negara maju dan negara berkembang.
“Mengutip pernyataan dari mantan CEO Google, Eric Schmidt, AI akan mengubah dunia dan meningkatkan produktivitas bahkan bagi pekerja yang paling terampil,” kata dia.
Ia menyoroti kekhawatiran bahwa perkembangan pesat AI berpotensi memperlebar kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang.
Dan pihak-pihak yang terlambat mengadopsi teknologi dan tidak memiliki akses yang memadai ke teknologi AI memiliki risiko bahwa mereka akan semakin tertinggal.
Ia mengajukan sebuah pertanyaan bagaimana teknologi AI dapat dimanfaatkan untuk mengangkat semua pihak. Dan bukan hanya segelintir pihak yang memiliki keistimewaan.
Karena itu penting memprioritaskan akses dan pendidikan. Serta menyediakan pelatihan dan akses ke literasi digital ke setiap sudut dunia.
“Kolaborasi dan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan organisasi internasional sangat penting untuk mencapai tujuan ini,” tambahnyam
Di acara itu juga ada kompetisi studi kasus. Pria ini memimpin sebuah tim yang terdiri dari enam delegasi dari Taiwan, Indonesia, Republik Afrika Tengah, Afghanistan, dan India.
Kasus yang dijadikan bahan diskusi telah dirancang dengan cermat oleh Deloitte dan berfokus untuk mengatasi kesenjangan literasi digital di sebuah negara fiksional bernama Digitalia di wilayah Asia Selatan.
Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk merancang peta jalan strategis bagi Digitalia untuk meningkatkan literasi digital. Serta keterampilan digital bagi kaum muda dan wanita, meningkatkan akses ke pekerjaan digital, dan meningkatkan perkembangan ekonomi digital.
Bagaimana memanfaatkan teknologi untuk merancang peta jalan strategis yang mengedepankan kesetaraan.
“Strateginya meliputi mengintegrasikan Teknologi Informasi (TI) ke dalam kurikulum sekolah, mendirikan pusat pelatihan di pusat komunitas lokal dan sekolah bagi mereka yang tidak memiliki akses ke infrastruktur TI. Serta merancang kurikulum TI yang memiliki spesialisasi, seperti TI untuk e-commerce,” tambahnya.
Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan bagi kaum muda dan wanita mengenai cara mendirikan toko online mereka sendiri.
Memungkinkan kaum wanita dan pemuda di industri rumahan untuk memasarkan produk mereka dan mendapatkan penghasilan tambahan.
Link berita asli di sini.
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.