Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: info@machung.ac.id
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Bagaimana sih cara tubuh kita melawan virus? Bisakah kita melawan virus corona ini? Apa hubungannya antara sistem imunitas tubuh, makanan kita, dan pigmen alami?
Terdapat sangat banyak bakteri atau virus penyakit di sekitar kita, namun mengapa ada yang tetap sehat sedangkan yang lain sakit?
Sebenarnya, tubuh manusia diciptakan dengan mekanisme perlindungan dan pertahanan diri yang dikenal dengan imunitas. Sistem pertahanan tubuh kita terdiri atas 2 bagian yaitu, imunitas bawaan (innate) dan adaptif (adaptive). Imunitas bawaan merupakan pertahanan pertama yang selalu sigap dan siap sedia kapanpun untuk melindungi tubuh, sedangkan imunitas adaptif baru muncul ketika imunitas bawaan mulai kewalahan. Selain itu, imunitas adaptif dapat tersimpan dalam memori tubuh, untuk dibangkitkan kembali saat serangan sejenis terjadi kembali di masa mendatang, sebagaimana prinsip kerja vaksin.
Begitu ada bakteri ataupun virus yang masuk (terjadi infeksi), maka akan terjadi persaingan antara kecepatan mikroba berkembang biak dengan respon imunitas tubuh untuk menghancurkan mereka. Dalam 0-12 jam pertama, komponen imunitas bawaan akan berperang untuk menghancurkan bakteri dan virus dan selama peperangan ini, dihasilkan protein sitokin. Apabila sistem awal ini mulai kewalahan, misal karena jumlah virus yang masuk banyak atau virus berkembang biak sangat cepat, maka sitokin akan diproduksi semakin banyak, hingga menjadi sinyal bagi pertahanan adaptif untuk mempersiapkan diri. Imunitas adaptif akan mulai dibangkitkan dalam waktu beberapa hari (5-7 hari) untuk bekerja melawan serangan tahap kedua. Respon tubuh kita terhadap infeksi ini disebut sebagai inflamasi atau peradangan.
Dengan demikian, apabila pertahanan pertama sudah menang, jumlah virus dalam tubuh kita menjadi sedikit, sehingga minim gejala sakit, namun masih dapat menularkan pada orang lain. Apabila tubuh kita sudah masuk pada sistem pertahanan kedua, maka artinya jumlah virus yang berkembang biak dalam tubuh kita sudah menjadi banyak, tubuh kita menjadi sakit, dan sangat menular pada orang lain.
Sel tubuh normal, terutama sel-sel pada organ pernafasan, menggunakan oksigen untuk metabolisme sumber energi tubuh, dan produk sampingan reaksi tersebut adalah spesi oksigen reaktif (reactive oxygen species, ROS). ROS yang bersifat pro-oksidan dan radikal selalu dihasilkan, sementara tubuh manusia didesain dengan penangkal ROS, yaitu sejumlah enzim anti-oksidan, misalnya SOD, katalase, dan sebagainya, yang secara alami diproduksi tubuh kita. Dalam keadaan homeostasis (normal), jumlah anti-oksidan yang dihasilkan tubuh cukup untuk meredam ROS yang dihasilkan selama metabolisme.
Namun, adanya infeksi virus akan mengacaukan homeostasis tersebut. Virus yang menempel pada membran sel akan masuk dan memanfaatkan materi dalam sel untuk berkembang biak dan memperbanyak diri. Peningkatan produksi sitokin terjadi bersamaan dengan peningkatan produksi ROS yang tidak terkendali dalam sel, memberi sinyal sel untuk segera mati atau menghancurkan diri. Produksi sitokin pro-inflamasi sangat meningkat pesat, menyebabkan “badai sitokin”. Pada saat yang bersamaan, produksi anti-oksidan dalam tubuh tidak mencukupi untuk meredam ROS, tubuh mengalami “stres oksidatif”. Akibatnya, apabila jumlah sel yang rusak dan mati semakin banyak, maka perbatasan permukaan jaringan dan organ pernafasan menjadi rapuh, dan bakteri sangat mudah masuk dan menyebabkan infeksi lebih lanjut di bagian tubuh lainnya. Organ pernafasan menjadi urutan pertama, lalu ke darah, dan menjalar ke seluruh bagian tubuh. Apabila imunitas tubuh tidak lagi mampu melawan serangan bakteri dan virus, terjadilah sepsis, yaitu peradangan di seluruh tubuh dan sangat berbahaya.
Apabila “badai sitokin” sudah terjadi dalam tubuh, maka tubuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi berikutnya. Inilah sebabnya mengapa COVID-19 lebih berbahaya bagi para penderita penyakit bawaan (penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dsb.). Mekanisme pertahanan tubuh pada penderita penyakit degeneratif sudah lemah, “badai sitokin” sudah terjadi sebelumnya, dan kemudian diperburuk dengan infeksi virus corona.
Lalu, bagaimana mengatur kekuatan imunitas tubuh?
Jawabannya adalah dengan menambah pasokan anti-oksidan dari luar tubuh, yaitu melalui makanan. Adanya antioksidan akan membantu meredam ROS yang dihasilkan saat infeksi, terutama melindungi komponen lemak dan protein pada membran sel maupun sistem enzim. Keduanya sangat rentan terhadap ROS. Antioksidan membantu menjaga kekokohan sel saat ada serangan virus, sehingga sel itu sendiri memiliki kesempatan lebih leluasa untuk melaksanakan tugas perlawanan tubuh melalui sistem imunitas bawaan maupun adaptif.
Dari mana kita bisa mendapatkan antioksidan? Ada berbagai macam senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan apabila dikonsumsi, misalnya paling umum kita mengenal vitamin C, D, dan E. Itu sebabnya, saat ini digalakkan untuk berjemur di pagi hari, karena sinar matahari membantu tubuh kita untuk menghasilkan vitamin D yang turut berperan menghambat inflamasi dan stres-oksidatif. Lebih lanjut, perlu diketahui bahwa sesungguhnya sejumlah pigmen alami, zat warna yang sering kita jumpai pada tumbuhan, memiliki kemampuan antioksidan yang jauh lebih tinggi dari vitamin. Kapasitas antioksidan pigmen astaksantin setara 500 kali vitamin E, 560 kali katekin dalam teh hijau, bahkan 6000 kali vitamin C! Tak hanya astaksantin, pigmen likopen, lutein, dan beta-karoten juga menunjukkan aktivitas yang serupa.
Mengapa bisa demikian? Diduga pigmen tersebut juga merupakan mekanisme pertahanan diri pada sel tumbuhan yang terpapar pada lingkungan yang jauh lebih ekstrim daripada tubuh manusia. Selain itu, apabila ditinjau dari sifat kimia dan keberadaanya, ternyata molekul pigmen mampu menyelip di antara lemak membran sel, melindungi membran secara langsung dari kerusakan akibat produksi ROS berlebih. Molekul vitamin C sendiri terbatas berikatan pada permukaan luar membran sel.
Darimana kita bisa mendapatkan antioksidan: makanan atau suplemen kesehatan?
Selain anjuran berjemur, kampanye masal yang saat ini sedang disebarluaskan untuk upaya perlindungan diri dari ancaman infeksi virus corona adalah meningkatkan konsumsi sayur dan buah, serta suplemen kesehatan. Mengapa? Sayur dan buah merupakan sumber pigmen alami. Apa sajakah itu?
Buah-buahan berwarna kuning, jingga, merah merupakan sumber terbaik karotenoid, yaitu karoten (wortel, jeruk, mangga, kesemek) dan likopen (tomat, jambu merah, semangka). Karotenoid lainnya juga dapat ditemukan pada hewan dan ganggang, misalnya jenis astaxantin (salmon, udang, krill, ganggang merah), juga pada berbagai jenis bunga, seperti lutein (bunga gemitir/marigold) dan crocin (saffron). Hasil riset menunjukkan bukti adanya keterkaitan yang erat antara konsumsi likopen dengan kesehatan paru-paru dan penyembuhan sesak napas. Saffron bahkan juga sangat umum digunakan sebagai antivirus dan penghalau influenza ampuh di sejumlah negara subtropis.
Kelompok buah berry sudah sangat terkenal memiliki khasiat anti-influenza. Buah berry yang cukup umum di Indonesia misalnya stroberi, blueberry, raspberry, dan blackberry. Kandungan pigmen antosianin yang tinggi pada buah berry ini mampu menghambat aktivitas virus dengan cara mengikat gugus aktif neuraminidase pada permukaan kapsul virus, dan dengan demikian menghambat perkembangbiakan virus. Perlu diingat bahwa virus hanya dapat mereplikasikan diri dengan bantuan sel hidup (inang), yaitu sel-sel dalam tubuh kita.
Contoh komoditas yang kaya akan betalain adalah bit dan buah naga merah. Betalain terkenal sebagai anti-inflamasi melalui mekanisme penghambatan sitokin ‘pro-inflamasi’ dan memicu produksi sitokin ‘anti-inflamasi’.
Oleh sebab itu, pastikan untuk memilih dan mengoptimalkan sayur dan buah yang berwarna-warni ya! Semakin pekat warnanya, semakin kaya akan pigmen alami.
Bagaimana dengan suplemen kesehatan? Suplemen kesehatan yang umumnya dijual merupakan ekstrak (senyawa kimia yang telah dipisahkan atau diisolasi), dapat berupa vitamin, pigmen, atau fitonutrien lainnya. Apabila kita memiliki kebiasaan konsumsi sayur dan buah dalam jumlah cukup tiap harinya, maka seharusnya kebutuhan konsumsi suplemen tidak lagi mendesak. Konsumsi sayur dan buah segar justru lebih baik karena tak hanya pigmen, namun juga berbagai fitonutrien lain yang dapat menunjang kesehatan tubuh. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pola hidup masyarakat modern sangat minim konsumsi sayur dan buah, sehingga mau tidak mau kita membutuhkan asupan antioksidan dari suplemen. Penting untuk diingat, bahwa konsumsi rutin sangat menentukan untuk mendukung kerja imunitas bawaan, terutama sebagai pertahanan diri awal, sebab kita tidak pernah tahu kapan bakteri atau virus akan masuk dalam tubuh kita.
Beberapa jenis produk berikut adalah contoh suplemen yang beredar di pasaran yang diperkaya dengan pigmen antioksidan;
Penulis:
Renny Indrawati1, Leenawaty Limantara2, Tatas H. P. Brotosudarmo3
PUI-PT Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP)
UNIVERSITAS MA CHUNG
1 Staf Pengajar Mikrobiologi Dasar serta Pangan Fungsional dan Nutrasetikal, Program Studi Teknokimia Pangan, Universitas Ma Chung.
2 Ketua Himpunan Peneliti Pigmen Indonesia, Rektor Universitas Pembangunan Jaya.
3 Kepala PUI-PT Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments, Wakil Presiden Bidang Sains dan Kebijakan – Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Dewan Pengawas Himpunan Kimia Indonesia (HKI).
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.