Tim dosen Universitas Ma Chung menyelenggarakan Pelatihan Ekspor Produk Kriya Topeng Malangan sebagai Produk Unggulan Ekonomi Kreatif bagi Kaum Difabel. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi hibah Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Tahun Anggaran 2025 dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Pelatihan dilaksanakan pada Jumat, 21 November 2025, bertempat di Ruang RnD Lantai 6 Universitas Ma Chung.

Ketua Tim Pelatihan, Bita Parga Zen, S.Kom., M.Han, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan membekali orang tua dan pendamping siswa difabel dengan pengetahuan dasar mengenai proses ekspor. Ia juga mengucapkan terima kasih atas kehadiran peserta yang dengan antusias mengikuti kegiatan tersebut.

“Terima kasih saya ucapkan kepada orang tua dan adek-adek sekalian yang telah meluangkan waktu untuk hadir pagi ini di Universitas Ma Chung. Kegiatan ini bertujuan membekali orang tua dan pendamping siswa difabel dengan pengetahuan ekspor. Sebelumnya, kami telah mengadakan pelatihan untuk siswa-siswi difabel, dan kami melihat banyak produk mereka yang berkualitas serta diminati pasar. Karena itu, kami melanjutkannya ke tahap berikutnya,” ujarnya, menekankan komitmen pengembangan keterampilan siswa difabel.

Pada sesi materi, Agnita dari Kantor Bea Cukai Malang memaparkan berbagai aspek perdagangan internasional, termasuk penjelasan mengenai Harmonized System Code (HS Code), yaitu sistem penomoran internasional untuk mengklasifikasikan barang dalam perdagangan lintas negara. Ia juga membahas cara mencari pembeli (buyer) luar negeri, pengenalan program Shopee Ekspor dan mekanismenya, jenis-jenis metode pengiriman, serta langkah penyusunan company profile dan katalog produk.

“Company profile sangatlah penting. Saat menyusunnya, buatlah semenarik mungkin karena ini menjadi salah satu cara agar buyer tertarik pada produk yang akan kita ekspor,” jelasnya.

Sesi tanya jawab berlangsung hangat dan interaktif. Para orang tua dan pendamping aktif mengajukan pertanyaan terkait proses ekspor produk topeng Malangan, mencerminkan tingginya minat mereka untuk mengembangkan potensi ekonomi dari karya siswa difabel.

Sementara itu, Ais selaku perwakilan dari Dmart (Difabel Market), tempat siswa difabel belajar mewarnai topeng menceritakan awal mula berdirinya Dmart dan perjalanannya hingga saat ini, memberikan inspirasi tentang bagaimana tempat ini mendukung kemandirian para siswa.

Pelatihan ini diharapkan tidak hanya menjadi bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Ma Chung, tetapi juga menjadi pendorong sekaligus implementasi nyata dalam mendukung komunitas difabel. Melalui pelatihan ini, potensi kreativitas siswa difabel diarahkan menuju pasar internasional, sekaligus berkontribusi pada pelestarian budaya topeng Malangan sebagai bagian dari seni Nusantara. Dengan kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan komunitas, inisiatif ini menunjukkan bagaimana pendampingan berkelanjutan dapat membuka peluang ekonomi baru serta meningkatkan kesejahteraan para difabel.