CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: info@machung.ac.id. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

Dosen Ma Chung Warnai Indonesia Bertutur 2024

by Humas Universitas Ma Chung / 22 August 2024 / Published in Machung

Didit Prasetyo Nugroho, M.Ds., dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Ma Chung, mengukir prestasi gemilang di kancah nasional dengan memamerkan karya-karyanya dalam acara bergengsi Indonesia Bertutur 2024. Acara yang berlangsung di Peninsula Island, Bali, dari tanggal 14 hingga 18 Agustus 2024 ini merupakan wadah bagi seniman, desainer, dan kreator Indonesia untuk menampilkan karya mereka yang menggambarkan kekayaan budaya dan tradisi Indonesia.

Keikutsertaan Didit dalam acara ini berawal dari undangan khusus yang diterimanya dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru. “Keberangkatan saya ke Bali pada bulan Agustus ini adalah dalam rangka undangan dari Kemdikbudristek Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru pada acara Indonesia Bertutur 2024,” ujar Didit.

Indonesia Bertutur 2024 adalah sebuah festival budaya yang digelar untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79. Mengusung tema “Merawat Ingatan, Menghidupkan Warisan,” acara ini menampilkan berbagai bentuk seni pertunjukan, seperti teater, musik, video mapping, dan instalasi seni, yang semuanya berfokus pada pelestarian dan pengembangan budaya tradisional Indonesia. Indonesia Bertutur 2024 dirancang untuk menjadi jembatan antara warisan budaya masa lalu dengan generasi masa kini dan masa depan, melalui pengemasan yang modern dan interaktif.

Dalam festival ini, Didit Prasetyo Nugroho menampilkan karya instalasi cahaya yang mengangkat konsep etnoastronomi, sebuah ilmu yang berasal dari pengetahuan leluhur di masa lampau. “Karya yang ditampilkan pada Indonesia Bertutur 2024 adalah karya instalasi cahaya yang menghadirkan konsep etnoastronomi hasil pengetahuan leluhur di masa lampau,” jelasnya.

Konsep etnoastronomi yang diusung Didit, yang dalam karya ini difokuskan pada pranoto mongso, adalah sistem penanggalan tradisional yang menggunakan alam sebagai petunjuk bagi petani tentang apa yang harus dilakukan dan diberikan pada tanaman mereka. Tidak hanya petani, nelayan juga menggunakan pranoto mongso sebagai panduan dalam mencari ikan di laut. “Etnoastronomi merupakan local genius leluhur kita dalam mengamati perubahan perilaku alam dan pergerakan bintang-bintang,” kata Didit. Dalam karya seni yang dipamerkan, konsep pranoto mongso ini diolah menjadi instalasi cahaya yang memanfaatkan teknologi immersive video mapping dan visual interactive, yang disajikan dalam kubah bambu serta karya hologram cahaya.

Karya yang dihasilkan bukan sekadar instalasi seni, tetapi juga memiliki pesan mendalam tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam. “Harapan kami dengan hadirnya karya ini adalah, agar manusia menyadari pentingnya akan hidup berdampingan dengan alam. Alam telah memberikan segalanya untuk kebaikan hidup manusia dan hendaknya manusia pun turut menjaga keseimbangan dengan hidup secara berkecukupan, tidak serakah serta selalu bersyukur atas apa yang telah alam berikan,” ungkap Didit.

Prestasi Didit dalam acara ini tidak hanya membanggakan bagi dirinya pribadi, tetapi juga bagi Universitas Ma Chung dan komunitas akademik di Malang. Didit berharap bahwa Indonesia Bertutur 2024 dapat terus menjadi platform penting dalam melanjutkan ekosistem budaya Indonesia, khususnya dalam mendekatkan generasi muda kepada budaya yang semakin hari kian dilupakan. “Indonesia Bertutur sangat penting dalam kelanjutan ekosistem budaya karena tema yang diangkat selalu berhubungan dengan usaha untuk melestarikan kebudayaan yang semakin hari makin dilupakan. Pentingnya memberikan wawasan kebudayaan kepada generasi muda melalui gelaran festival yang dikemas dalam bentuk modern merupakan usaha yang sangat baik agar generasi muda dapat memahami bentuk-bentuk budaya dengan mudah,” tutup Didit.

Dinamis dan kreatif. Dua dari Dua belas nilai Universitas Ma Chung tampak nyata dalam pencapaian Didit. Dengan pencapaian ini, Didit Prasetyo Nugroho kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu desainer dan akademisi terkemuka di Indonesia, sekaligus memberikan inspirasi bagi mahasiswa dan rekan-rekannya di dunia pendidikan untuk terus berkarya dan berinovasi dengan tetap mengakar pada budaya lokal.

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP