CARA MENDAFTAR

1 Kunjungi pmb.machung.ac.id.
2 Lengkapi Data.
3 Tunggu Email Konfirmasi

Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: [email protected]. Terima Kasih!

Jadwal Buka ADMISI UMC

Senin-Jumat 8:00AM - 5:00PM

Menyikapi Pro Kontra AI Dalam Dunia Desain

by Humas Universitas Ma Chung / 5 January 2024 / Published in Machung

Perkembangan teknologi yang begitu cepat tidak bisa dipungkiri memberikan potensi yang besar sekaligus ancaman bagi banyak bidang, terlebih lagi dengan munculnya teknologi Artificial Intelligence (AI). Banyaknya kemudahan dan otomatisasi yang ditawarkan AI belakangan ini, salah satunya dalam dunia desain yang memunculkan profesi baru seperti AI Designer.

Dalam menyikapi hal ini diperlukan perhatian yang lebih. AI dalam penggunaannya memberikan banyak kemudahan dalam dunia desain. Kini seseorang yang tidak memiliki latar belakang mendalam dalam dunia desain dapat menghasilkan karya yang bagus. Namun hal ini tidak seharusnya menyebabkan seseorang menjadi “bergantung” dengan penggunaan AI. Nyatanya, peranan dan sentuhan manusia masih sangat dibutuhkan dalam dunia yang memanfaatkan teknologi ini.

Bintang Pramudya Putra Prasetya, S.Sn., M.Ds. salah seorang dosen Prodi Desain Komunikasi Visual Universitas Ma Chung mengatakan bahwa penggunaan AI dapat memudahkan dalam proses brainstorming atau mencari referensi. Hal ini didukung dengan fakta bahwa untuk saat ini gambar yang dihasilkan AI tidak bisa di edit. Sehingga proses kreatif dan sentuh tangan manusia masih sangat dibutuhkan.

Lebih lanjut, dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, Ayyub Anshari Sukmaraga, S.Sn., M.Ds. seorang dosen Prodi Desain Komunikasi Visual Universitas Ma Chung juga mengatakan bahwa AI membantu memberikan kemudahan dalam proses pendidikan. Tapi bukan berarti hal ini dapat dimanfaatkan secara mentah-mentah.

“Untuk saat ini, sentuhan manusia tidak bisa sepenuhnya dihilangkan. Prompt dalam AI sendiri memang membantu. Tapi ada beberapa hal yang menjadi problem, seperti konsistensi pada karya dan belum bisa memahami keinginan klien. Selain itu, AI juga tidak punya sense yang dapat memenuhi deskripsi dari klien. Sehingga hal inilah yang masih membutuhkan peranan besar dari manusia dalam memahami keinginan klien,” ungkap Ayyub.

Dalam proses pengerjaannya AI juga didasarkan atas database, sehingga hal ini perlu untuk dipertimbangkan kembali serta kreativitas dari manusia pun juga masih sangat diperlukan.

Kemajuan dan perkembangan AI memang tidak bisa dibendung. Maka, mau tidak mau kita harus dapat memanfaatkan dan beradaptasi dengan perkembangan AI yang ada. Dalam dunia desain, Bintang berpendapat bahwa AI bukan penghambat tapi justru memudahkan proses kreatif designer.

“AI tidak menjadi penghambat seorang designer untuk berkarya. Justru adanya AI generator bisa mempercepat proses kreatif dari seorang designer,” ungkap Bintang.

Kilas balik pada fenomena awal munculnya kamera digital, sempat dikhawatirkan mengganggu profesi fotografer yang menggunakan pengaturan manual. Namun, fotografer yang menjual konsep dan kreativitas rupanya dapat bertahan, seperti fotografer dalam bidang wedding, studio, dan sebagainya.

“Seorang designer yang mampu menawarkan konsep yang tidak biasa dalam karyanya, maka tidak akan terganggu dengan adanya AI generator. Karena AI generator tidak bisa memberikan konsep seperti yang manusia tawarkan,” ungkap Bintang.

Dalam menyikapi fenomena ini, Ayyub dan Bintang selaku akademisi sekaligus praktisi dalam dunia desain sependapat bahwa AI merupakan tools yang memudahkan dan merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Namun, kita tidak dapat bertumpu pada tools AI ini semata. Kreativitas, sense, dan soul yang dimiliki oleh seorang designer dan seniman tetap harus diutamakan khususnya dalam menghasilkan karya di era yang disruptif ini.

Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka  Segera Daftar Sekarang.

TOP