Hubungi Kami Di 0811 3610 414, atau kirimkan email ke: [email protected]. Terima Kasih!
Official Website Universitas Ma Chung.
T : (0341) 550 171
Email: [email protected]
Universitas Ma Chung
Villa Puncak Tidar N-01, 65151, Malang, IND
Tulungagung, SERU.co.id – Penantian panjang sejak 2021, akhirnya terbayar dengan diresmikannya Kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk RT 02 RW 02, Desa Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Sabtu (1/7/2023). Meski baru diresmikan, namun Kampung Bahasa Mandarin Tumpuk Tulungagung memiliki target kilat ‘Kursus Bahasa Mandarin Super Intensif’ hanya 3 bulan.
Uniknya, para pengajarnya merupakan warga setempat yang fasih berbahasa Mandarin, buah pengalaman menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hongkong, Taiwan dan Macau. Bahkan, 60 persen penduduknya bisa bahasa Mandarin, pasca ‘mencari ilmu’ dan pengalaman kerja di negeri tirai bambu itu.
“Kalau ada pepatah ‘Carilah ilmu sampai ke negeri China’. Sekarang ga perlu jauh-jauh ke China, karena kita bawa ke sini Kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk Tulungagung,” seru Rektor Universitas Ma Chung, Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi, sekaligus inisiator lahirnya Kampung Bahasa Mandarin.
Kampung impian Prof Murpin, sapaannya, harapannya tak hanya sebagai tempat kursus bahasa Mandarin semata. Namun dapat memberikan nilai lebih bagi masyarakat setempat, seperti rumah kos, laundry, kuliner hingga kearifan lokalnya.
“Jadi tak hanya sebagai sentra pendidikan bahasa Mandarin, namun juga sentra ekonomi dan pariwisata dengan memanfaatkan potensi yang ada. Sebagai komitmen kami bersama warga dan pemerintah setempat,” ungkap mantan Rektor Universitas Widya Kartika, Surabaya, dua periode 2013-2017 dan 2017-2021.
Dalam penerapan kurikulumnya, Universitas Ma Chung melalui Program Studi Bahasa Mandarin telah menata beberapa paket pilihan Kursus Bahasa Mandarin. Mulai dari bahasa Mandarin untuk sehari-hari, hingga kebutuhan HSK Mandarin.
“Tenaga pengajarnya dari warga setempat, kurikulumnya dari Ma Chung, nativenya nanti dari Tiongkok kerjasama Konjen Kedutaan RRT di Jakarta,” ucap Prof Murpin, didampingi Dwi Andriyanti Agustin, koordinator Kampung Mandarin dari Ma Chung.
Terkait ketersiapan kelas dan rumah tinggal, Prof Murpin menyebut, telah melibatkan sejumlah tempat kos setempat. Agar lebih intensif, pemilik kos dan keluarganya harus bisa berbahasa Mandarin, sehingga aktivitas peserta sehari-hari terjaga maksimal menggunakan bahasa Mandarin.
“Kapasitas kelas tidak kami batasi, kalau kurang ruang kelasnya, ruang tamu warga bisa kita sewa. Berapapun kita tampung dan kita buat aktivitasnya seperti di Tiongkok, sehari full bahasa Mandarin,” tegasnya.
Untuk itu, pihaknya berkolaborasi bersama banyak pihak, seperti perangkat desa, warga Desa Besuki, GKJW Tulungagung, Forkopimda Pemkab Tulungagung, Konjen Kedutaan RRT, Kantor Imigrasi dan pihak lainnya.
“Kita sudah ada pembicaraan dengan salah satu SMAK di Tarakan yang akan mengirimkan 300 siswanya ke sini. Kami tak ingin menjadi menara gading di kampus, sehingga kami ingin memberikan manfaat di luar kampus,” tandasnya.
Terinspirasi Kampung Inggris Pare Kediri
Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi mengaku, cikal bakal pendirian Kampung Bahasa Mandarin Tumpuk Tulungagung ini terinspirasi oleh Kampung Inggris Pare Kediri. Untuk mewujudkan ide tersebut, melalui proses yang cukup panjang hingga beberapa tahun.
“Saya terinspirasi Kampung Inggris Pare Kediri. Kemudian saya sampaikan ke khalayak luas dalam beberapa kesempatan, saya mau bikin Kampung Bahasa Mandarin. Itu ketika saya masih Pembina UMKM se-Jawa Timur dan rektor di Surabaya, karena tujuan awalnya untuk menghidupkan UMKM dalam program kampung tersebut,” kilasnya.
Beberapa tahun kemudian sekitar tahun 2021, keinginan tersebut disampaikan kembali dalam forum UMKM Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) se-Jawa Timur. Bak gayung bersambut, salah satu pendeta GKJW di Tulungagung dan tokoh masyarakat Dusun Tumpuk menghubunginya. Infomasi awal, di Dusun Tumpuk banyak PMI yang fasih berbahasa Mandarin, namun tak lagi bisa bekerja di Taiwan dan Hongkong lantaran terkendala usia.
“Ketika ada orang minta tolong agar ekonominya diperbaiki, apabila potensinya ada, itu tugas akademisi untuk menemukan solusinya. Kami pun berangkat ke Dusun Tumpuk untuk memastikan, dan benar Ibu-ibunya bisa berbahasa Mandarin sehari-hari. Rumahnya juga bagus-bagus cocok untuk tempat kos, potensi ada, perangkat mendukung, jadilah seperti ini meski prosesnya panjang,” cerita Murpin bersemangat.
Meski jauh dari Universitas Ma Chung yang berada di Malang, pihaknya terus intensif melakukan koordinasi dengan berbagai pihak. Terutama pendekatan terkait birokasi yang cukup menyita waktu. Pihaknya juga memaparkan, berbagai program dan peluang yang akan didapatkan oleh masyarakat setempat, sehingga akan dikenal seperti Kampung Inggris Pare.
“Kami sampaikan ke Bupati dan DPRD Kabupaten Tulungagung, tokoh masyarakat pun juga mendorong kami, sehingga izin bisa keluar. Kami sampaikan, Ma Chung hadir untuk menumbuhkembangkan Kampung Bahasa Mandarin secara nasional dan mendunia. Serta benar-benar berdampak ekonomi melalui potensi-potensi yang ada,” pungkasnya.
Apresiasi Dahlan Iskan dan Novi Basuki
Pendirian Kampung Bahasa Mandarin Tumpuk Tulungagung ini mendapatkan apresiasi dari tokoh pers nasional Dahlan Iskan. Bahkan, nama Kampung Bahasa Mandarin merupakan usulan dirinya, meski belum sempat hadir saat launching kampung tersebut.
“Sekarang, kalau mau belajar bahasa Mandarin, tidak perlu lagi ke Tiongkok seperti saya dulu. Cukup ke Kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk Tulungagung. Mohon maaf saya tidak bisa hadir karena di luar kota, tapi saya berjanji akan datang ke Kampung Bahasa Mandarin Dusun Tumpuk,” ucapnya melalui video yang dikirimkan kepada panitia.
Senada, Novi Basuki, seorang penulis, peneliti, dan pakar Islam di Tiongkok, mengapresiasi keberadaan Kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk Tulungagung ini. Dirinya juga menyampaikan, kagum atas upaya yang dilakukan oleh semua pihak demi satu tekad yang sama, Kampung Bahasa Mandarin.
Pria yang dikenal dengan nama Wang Xiaoming ini mengaku bangga, atas perjuangan panjang dan inisiasi Rektor Universitas Ma Chung, Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi.
“Menguasai bahasa Inggris itu sudah biasa, belajar bahasa Mandarin itu baru luar biasa, apalagi saat ini China sudah menjadi negara adidaya. Jadi hukumnya wajib belajar bahasa Mandarin, ya disini Kampung Bahasa Mandarin Dusun Tumpuk Tulungagung,” tegas lulusan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, tahun 2010 ini.
Namun tak menutup kemungkinan, Kampung Bahasa Mandarin Dusun Tumpuk Tulungagung akan menjadi pionir berdirinya Kampung Mandarin di daerah lainnya. Mengingat kebutuhan akan bahasa dan kebudayaan Mandarin cukup pesat di tanah air Indonesia.
“Saya sepakat dengan beliau, Pak Dahlan Iskan. Tak perlu ke China, cukup belajar bahasa Mandarin disini, Kampung Bahasa Mandarin Dusun Tumpuk Tulungagung,” tandas pengamat politik, agama, sejarah, dan hubungan luar negeri Republik Rakyat Tiongkok dengan Indonesia ini.
Sementara, catatan kecil penulis SERU.co.id, pendirian Kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk Tulungagung ini menjadi tonggak sejarah tersendiri. Sekaligus salah satu karya masterpiece dan kado terindah kepemimpinan seorang Murpin Josua Sembiring di Universitas Ma Chung, hingga masa akhir jabatannya. (rhd)
seru.co.id/122880-tak-perlu-ke-china-kampung-bahasa-mandarin-hadir-di-dusun-tumpuk-tulungagung
Pendaftaran Mahasiswa Baru Telah Dibuka Segera Daftar Sekarang.